Sampah rumah tangga merupakan hasil
pembuangan dari sisa aktifitas ibu rumah tangga di dapur, yang terdiri
dari sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat diuraikan dalam
proses alami yaitu :
- Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur) Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebun (rumput, daun-daun kering/basah) .
- Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sedangkan sampah anorganik adalah jenis
sampah yang tidak bisa diurai secara alami, yaitu berupa bahan-bahan
seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik,
styrofoam, dll.
Dampak yang di timbulkan oleh sampah rumah tangga terhadap lingkungan antara lain :
- Timbunan sampah dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh dan bisa mempengaruhi kenyamanan penduduk sekitar.
- Sampah-sampah kaleng bekas dan lain-lain, bila hujan akan berisi air yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.
- Masuknya limbah ke dalam air secara terus menerus mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya permasalahan penyediaan air bersih. Karena aliran air sungai dan air tanah semuanya sudah tercemar.
Salah satu cara yang dapat kita lakukan,
adalah mengelola sampah organik rumah tangga menjadi kompos, dengan
mengolah sampah menjadi kompos berarti ikut membantu mengurangi
permasalahan yang disebabkan sampah.
Kompos merupakan bahan organik, seperti
daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang
jagung, serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh
mikro organisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dan sampah rumah tangga organik
berpotensi sebagai kompos rumah tangga.
Sampah organik mengalami proses
pengomposan dengan sendirinya lewat proses alami, lama kelamaan akan
membusuk karena adanya kerjasama antara mikroorganisme dengan cuaca.
Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan
menambahkan mikroorgainisme pengurai atau aktivator kompos sehingga
dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik, yang
bisa dijadikan pupuk organik untuk tanaman sayuran di pekarangan.
Manfaat Pupuk Organik yang terbuat dari kompos.
Pupuk organik dari kompos sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas
lahan yang berkelanjutan. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah
yang semula padat menjadi gembur, tanah berpasir menjadi lebih kompak,
dan tanah lempung menjadi gembur.
Pentingnya Budidaya Tanaman Sayuran di Pekarangan Rumah
.
Pemanfaatan pekarangan rumah untuk ditanami sayuran dapat dilakukan oleh
ibu rumah tangga, karena umur produksinya singkat, perputaran modalnya
cepat, dan permintaan pasarnya tidak pernah berhenti, hal ini akan
menambah keuntungan bagi ibu rumah tangga dengan bertambahnya
penghasilan keluarga, minimal ibu rumah tangga tidak membeli sayuran di
pasar cukup diambil dipekarangan masing-masing. Disamping itu tanaman
sayuran dipekarangan rumah dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga
sehari-hari.
Peluang Budidaya Sayur Organik
Peduli kesehatan dan back to nature,
ternyata mampu meningkatkan permintaan sayuran organik. Tingginya
permintaan ini banyak datang dari kalangan menengah atas yang memilih
sayuran organik daripada sayuran anorganik. kondisi demikian dikatakan
Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia, Dr. Zaenal Soedjais
menjadi sebuah peluang usaha sangat bagus untuk dikembangkan. Bukan
hanya petani sayuran organik yang mengalami lonjakan permintaan,
produsen pupuk dan pestisida organik, penjual bibit hingga pedagang
eceran sayuran organik akan mengalami hal serupa. Apalagi permintaan
sayuran organik pun banyak datang dari luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Eropa dan Amerika. Tentu hal ini membuka peluang bagi petani
sayuran organik untuk melakukan ekspor ke negara-negara tersebut. Tetapi
masalahnya, kata Soedjais untuk memenuhi permintaan di dalam negeri
saja petani sayuran organik sudah kewalahan sehingga untuk sementara
orientasi pasar ekspor dilupakan.
Dakuinya, target pasar yang memungkinkan
saat ini adalah supermarket. Namun karena permintaan supermarket
biasanya sangat besar sedangkan rata-rata produksi petani organik masih
terbatas, maka banyak petani ber-partner dengan supplier
sayuran organik yang lebih besar. Melalui supplier ini, sayuran organik
yang segar itu dipasok ke supermarket atau memenuhi permintaan ekspor.
Menurut Soedjais, inti budidaya organik
yakni budidaya yang bebas dari residu bahan anorganik (kimia) mulai dari
pembukaan lahan, pemupukan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
penggunaan pestisida sampai penanganan pasca panen. Pakar Hortikultura
Dr. Ir Anas D Susila, M.Si sekaligus Kepala University Farm mengatakan
budidaya sayuran organik yang paling menguntungkan adalah sayuran daun (leave vegetable)
daripada sayuran buah. Pasalnya, teknik pemeliharaan sayuran daun lebih
mudah, murah, dapat ditanam dimana saja dan siklus perputaran
produksinya cepat. Hal inipun diakui Santoso Kurniawan, pemilik Pa Tani
Organik yang menanam berbagai sayuran daun di Desa Cibeureum Bogor, Jawa
Barat. “Budidaya sayuran daun hanya perlu waktu 3 minggu sudah bisa
dipanen sehingga perputaran usaha lebih cepat,” papar Putro. Sedangkan
sayuran buah hanya bisa tumbuh dengan baik dilahan tertentu karena
memerlukan unsur hara lebih tinggi. Lahan demikian biasanya ditemui
didataran tinggi seperti kawasan Puncak Bogor, Lembang Bandung, serta
Malang Jawa Timur.
Pembuatan Kompos dari Sampah Rumah Tangga
Wadah tempat pembuangan sampah dalam
rumah tangga harus dipisah antara sampah organik dan anorganik. Dalam
hal ini sampah organik dapat dijadikan bahan pembuatan kompos sedangkan
sampah an organik berupa plastik bekas minuman dapat didaur ulang.
Bahan
- Di dalam rumah (ruang keluarga, kamar makan) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organik dan sampah an-organik.
- Diperlukan bak plastik atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
- Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
Cara Membuat
- Satu bagian sampah hijau (organik) dicampur dengan 1 bagian sampah coklat (anorganik).
- Ditambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur tanah atau kompos yang mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak (ayam atau sapi) dapat pula dicampurkan .
- Dibuat sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 400C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
- Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organik), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
- Sampah organik sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan berbagai macam bio-activator seperti EM4, stardec atau Bio-Triba.
Budidaya Tanaman Sayuran dan Pengunaan Pupuk Organik
Sebelum menanam sayuran yang perlu
diperhatikan adalah pemilahan areal tanam, persiapan dan pengolahan
lahan tanam dan penyediaan bahan tanaman. Pengolahan lahan tanam
meliputi pembersihan, pengolahan, pemupukan dan pembuatan bedengan
sesuai dengan kebutuhan. Pencangkulan juga perlu dilakukan untuk
menggemburkan lahan. Kemudian dilakukan pemupukan dasar dengan tujuan
untuk menambah unsur hara pada tanah dengan cara mencampurkan dan
mengaduk pupuk secara merata diseluruh bagian lahan. Pupuk yang
sebaiknya digunakan adalah pupuk organik yang dibuat dari sampah rumah
tangga ditambah dengan pupuk kandang
Selanjutnya adalah penyediaan bibit. Penanaman bibit atau benih tanaman sayuran dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
- Disemaikan yaitu sayuran yang sulit berkecambah seperti sawi, seledri, kol, tomat dan cabai
- Tidak harus disemaikan (bisa langsung disebar atau ditanam di areal tanamnya melalui penugalan dan setiap lubang bisa dimasuki tiga biji). Pada tanaman sayuran stek dan umbi, sebaiknya tidak langsung ditanam, tetapi terlebih dahulu disemaikan di wadah baki atau polibag yang dipindahkan setelah tunas dan akarnya terbentuk cukup banyak
Penanaman sayuran dapat juga menggunakan pot yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
- Pot tunggal umumnya digunakan untuk jenis tanaman sayuran buah dan umbi seperti cabai, mentimun, tomat, buncis, pare, terong, paprika, kacang panjang, wortel, kentang, bawang merah, bawang putih, bawang bombay dan lobak. Pot tunggal dapat dibuat dari tanah liat, semen, kayu, ember, kaleng atau polibag. Yang pada bagian dasarnya telah dilubangi sebagai pengatur drainase air.
- Pot horisontal dibagi dua, horisontal tunggal dan horisontal bertingkat yang harus dibuat sendiri dengan menggunakan pipa PVC, bambu, papan, talang atau balok kayu. Dan digunakan untuk jenis tanaman sayuran bunga dan daun yang mempunyai perakaran dangkal dan sempit seperti kangkung, selada, talas daun, kailan, baby kapri, caisim, bawang daun, kubis, kol dan brokoli. Pot vertikal sama uraiannya dengan pot horisontal di atas.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari bertanam sayuran di pot antara lain :
- Dapat dikerjakan pada pekarangan yang sempit
- Sebagai alternatif untuk tanah pekarangan yang tidak subur
- Lebih gampang untuk dipindahkan
- Lebih mudah untuk menyesuaikan dengan faktor agroklimat (kondisi tanah dan Iklim yang diperlukan tanama).
- Sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias.
Cara pemberian pupuk organik pada media
tanaman sayuran haruslah menyediakan unsur hara yang cukup, dengan cara,
pupuk kandang + kompos sampah rumah tangga dicampur dengan tanah adalah
1:1 atau 2:1, yang terakhir disarankan 3:1.
Dari uraian diatas, pemanfaatan sampah
rumah tangga dan pekarangan rumah untuk menanam sayuran sangat berguna
bagi ibu rumah tangga, karena hasil dari menanam sayuran dapat
mengurangi pengeluaran rumah tangga dengan membeli sayur di pasar, cukup
diambil di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan
sebagiannya dapat dijual kepada tetangga atau masyarakat sekitar.
Sedangkan pembuatan sampah organik menjadi kompos dapat mengurangi
permasalahan sampah secara umum di perkotaan dan lingkungan sekitar.
Kompos yang dibuat dari sampah rumah
tangga dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk sayuran, dan akan
mendapatkan nilai keuntungan dalam menjual sayur organik di pasaran.
Disamping itu para ibu rumah tangga dapat menghidupkan pola makan sehat
di lingkungan keluarganya, dengan mengkonsumsi sayuran organik tanpa
bahan kimia dan terpenuhinya nilai gizi dalam keluarga. Dilihat dari
peluang pasar sayuran organik sangat menguntungkan sekali untuk
memproduksinya karena banyaknya permintaan pasar. Sedangkan sampah
anorganik yang telah dipisahakan dari sampah organik dapat dimanfaatkan
oleh para pemulung untuk mereka jual ke penerima bahan-bahan plastik
untuk didaur ulang.