Manfaatnya: Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto dan sup menggunakan bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangkan.
Banyak orang berpendapat, bawang merah
merupakan tanaman yang hanya cocok di dataran menengah hingga tinggi.
Hal ini tidak mengherankan karena sentra bawang merah tanah air
kebanyakan yang berada di dataran menengah. Pendapat ini sebenarnya
sangat keliru, karena bawang merah sebenarnya merupakan tanaman dataran
rendah hingga menengah. Tanaman ini hanya tumbuh dengan optimal pada
ketinggian
0 - 800 meter dpl.
Kekeliruan yang kedua mengenai bawang
merah adalah tanaman ini tidak berbiji. Ini juga salah besar, tanaman
bawang merah ternyata berbiji, dan dapat dikembangkan dengan biji selain
umbi. Hanya memang tanamannya jarang berbiji (meskipun berbunga),
karena untuk berbiji, diperlukan suhu udara ±5oC secara konstan.
Pengembangan bawang merah dengan biji
mulai banyak peminatnya. Hal ini disebabkan, budidaya bawang merah asal
biji lebih rendah biaya produksinya dengan produksi yang lebih tinggi.
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh juga lebih tinggi. Bawang
merah asal biji juga cocok dikembangkan di dataran rendah bahkan tepi
pantai. Hanya dengan lahan seluas kurang dari 150 ubin (2.100 m2), diperoleh hasil ±6 ton umbi basah, meskipun baru pertama kali mencobanya.
Untuk mencapai produksi ini ternyata
tidak terlalu sulit, hanya dengan melaksanakan 5 (lima) langkah
berikut, siapapun dapat mendapatkan produksi bawang merah yang optimal.
a). Pengolahan Lahan Sempurna
Pengolahan lahan dilakukan sedemikian
rupa sehingga tanah benar-benar remah sehingga mendukung pertumbuhan
umbi. Tanah yang sudah diolah, dibuat guludan-guludan dengan lebar 1 m
(panjang menyesuaikan panjang lahan). Tambahkan pupuk kandang matang
halus sebanyak ±50 kg untuk guludan sepanjang 15 m. Tambahkan pula
arang sekam, atau bila tidak ada dapat menggunakan abu sekam.
Penambahan pupuk SP-36 secukupnya juga dapat dilakukan. Selain itu,
perlu ditambahkan Furadan 3G untuk lahan-lahan yang banyak terdapat ulat
tanah (Aglotis ipsilon).
b). Pesemaian Berhasil, Separuh Langkah Menuju Keberhasilan
Penyemaian biji bawang merah dilakukan
dengan membuat lajur-lajur memotong panjang guludan dengan jarak antar
lajur 10 cm. Benih ditabur secara merata pada lajur dengan kedelaman 1
cm, tutup dengan arang sekam atau pupuk kandang tipis. Tutup guludan
semaian dengan jerami, kemudian lakukan penyiraman secara rutin setiap
hari. Setelah disemai selama 4 - 5 hari, benih mulai tumbuh. Jerami
dapat dipindahkan dari guludan, namun bibit muda masih perlu dinaungi
supaya tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah bibit berumur 20 -
25 hari, naungan sudah tidak diperlukan. Bibit telah cukup kuat untuk
terkena sinar matahari langsung. Dan pada umur 40 - 45 hari, bibit
dapat ditanam di lahan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam (5 - 10)
x (5 - 10) cm. Ketika melakukan penanaman, sebaiknya lahan digenangi
air, supaya bibit lebih cepat tumbuh.
c). Pemupukan Tepat Berimbang, Bukan Banyak
Prinsip pemupukan bawang merah adalah
pupuk tepat berimbang. Kandungan unsur hara makro dan mikro harus
memenuhi kebutuhan tanaman. Unsur-unsur makro N-P-K harus memenuhi
unsur 16-16-16 atau setidaknya 16-16-11. Sedangkan unsur mikro cukup
menggunakan pupuk mikro sesuai dosis yang dicampur dengan pupuk makro.
Pemupukan dilakukan sebanyak 3 - 4 kali, dimulai pada saat tanaman
berumur 2 - 4 minggu setelah tanam, dengan selang waktu 2 - 3 minggu
sekali. Pemupukan cukup ditabur secara merata, dengan jumlah kebutuhan
pupuk sebanyak 150 - 200 kg pupuk N-P-K/ha/pemupukan.
d). Kendalikan Gulma (Rumput) Semenjak Dini
Pemupukan yang intensif mendatangkan
dampak negatif, yaitu munculnya gulma dalam jumlah yang besar.
Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan semenjak dini. Lakukan
pencabutan pada gulma-gulma yang baru tumbuh, jika diperlukan,
semprotkan herbisida yang mematikan biji gulma pada saat tanaman bawang
merah sudah ditanam beberapa minggu.
e).Pengendalian Hama dan Penyakit Segera
Produksi bawang merah seringkali
terganjal oleh munculnya hama dan penyakit. Munculnya organisme
pengganggu tanaman ini seringkali menghambat pertumbuhan, produksi,
bahkan mematikan tanaman bawang merah. Hama dan penyakit yang sering
menyerang tanaman bawang merah, antara lain, ulat grayak (Spodoptera exigua dan S. litura), penyakit bercak ungu (Alternaria porri), dan penyakit bercak putih (Phytophtora porri).
Ulat grayak biasanya hidup di dalam daun bawang merah pada stadia awal,
setelah berukuran cukup besar baru muncul keluar. Namun pada saat itu,
kerusakan pada tanaman sudah sangat serius. Pengendalian ulat grayak
sebaiknya dilakukan pada saat mulai muncul gejala gigitan pada daun.
Saat mulai muncul gejala, segera potong daun dan amati apakah ada ulat
grayak di dalamnya. Penyemprotan dengan insektisida seperti Biothion
atau Crumble, dapat mengendalikan ulat grayak. Penyakit bercak ungu dan
bercak putih juga dapat menyebabkan kerusakan dan kematian dalam waktu
singkat. Pengendalian kedua penyakit ini dapat dilakukan dengan
fungisida yang berbahan aktif Mancozeb, misalnya
Dithane M-45, Delsene,
Manzate, dan sebagainya. Tanaman yang sudah terserang serius, sebaiknya
segera dicabut dan segera dimusnahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar